Rabu, 05 November 2014

Etika dan religiusitas anti Korupsi (Ketika hati nurani berbicara)

Etika dan religiusitas anti Korupsi
oleh: Ahmad Soim

Ada ungkapan senonoh yang megatakan “cucuran uang rakyat jatuhnya ke DPR juga” ya rasanya ungkapan yang tepat untuk mengkritisi pemerintahan saat ini, dengan banyaknya anggota DPR yang terseret kasus korupsi. DPR merupakan wakil rakyat dan penyalur aspirasi rakyat yang seharusnya mementingkan kepentingkan rakyatn sekaligus menjadi figur contoh bagi masyarakat.Bisa dilihat banyak DPR yang masih tidur saat rapat yang mungkin tertalu nyaman dengan kursi empuknya atau sudah capek dengan video yang ditontonnya tidak hanya itu masih ada yang lempar kursi,gebrak meja yang semua itu tidak mencerminkan diri seorang wakil rakyat. Disitulah etika dan moral perlu dibangun, DPR tidak hanya sekedar pintar,pandai beragunen tapi juga harus bermoral. Hal yang pokok dan perlu dibenahi untuk bangsa ini adalah pembentukan karakter diri tidak sekedar mencerdaskan otak tapi juga mencerdaskan jiwa yang sesaui dengan lagu kebangsaan kita yaitu hal pertama yang perlu dibangun adalah jiwanya kemudian baru badannya termasuk otaknya.
Etika dan nili-niali luhur bangsa ini merupakan sautu hal yang urgen dimiliki setiap orang indonesia karena itu menjadi benteng diri dari korupsi. Tidak perlu membuat lembaga anti korupsi sebenarnya jika orang –orang yang kita menjunjung tinggi etika dan nilai-nilai luhur bangsa.  Kita melihat berdiri kokoh pancasila yang berlambang garuda dengan sila pertama yang berbunyi Ketuhanan yang maha Esa. Sebuah gagasan ideologi yang luarbiasa  mengambarkan betapa dijunjungya nilai ketuhanan dan religuisitas dan dalam setiap agama manapun tidak membenarkan dibolehkannya korupsi. Terus ada apa dengan bangsa ini yang sampai-sampai kementrian agama pun masih dilanda dengan kasus-kasus korupsi tidak hanya kementriannya saja melaikan mentrinyapun terseret kasus korupsi. Ironis memang,orang yang tau hukum agama harusnya lebih mengerti, atau mugkin karena tau hukum itu maka dapat dipermainkannya. Ini masalah pertanggung jawaban kepada Tuhan atau mungkin mau bernegosasi dan melobi kepada tuhan?

Sekalilagi religiusitas tidak hanya tampak dari luar tapi merasuk dalam hati sanubari karena disitulah kebenaran. Agama bukan sekedar kedok dan menjadi bungkus akan tetapi harus benar-benar dipahami bahwa semua itu ada pertanggugjawabannya kepada Tuhan. Jadi bangunlah jiwa dengan membentuk insan yang beretika dan bermoral serta menjadi mahluk yang bertuhan secara benar akan menjadi penawar racun mematikan yaitu korupsi.

sumber : www.globethics.net

Tidak ada komentar: